Cari Blog Ini

Senin, 11 Juli 2011

Pemimpin Yang Adil

Dalam pandangan Islam para penguasa atau pemimpin dapat dikatakan adil apabila mereka dapat menjaga standar hidupnya sesuai dengan standar hidup orang-orang yang berpenghasilan rendah.

Taraf kehidupan seorang penguasa muslim harus sama dengan taraf hidup orang-orang yang paling rendah (miskin) yang hidup dalam wilayah kekuasaannya, agar terdapat suatu ikatan yang nyata antara si penguasa dengan orang-orag yang miskin itu!

Jika tidak mereka tidak akan mau menerima kepemimpinan nya dan tidak akan memberikan dukungan sepenuh hatinya. Suatu perasaan jauh antara mereka dengan si pemimpin atau si penguasa akan menimbulkan rasa benci kepadanya. Ajaran yang mengandung prinsip yang sangat penting ini pernah disampaikan oleh Imam Ali bin Abi Thalib as kepada bawahannya ketika beliau menjadi Khalifah pada saat itu.

Suatu hari Imam Ali as pergi ke Basrah mengunjungi sahabatnya yang bernama Ala untuk menanya kan kesehatannya. Ala ternyata memiliki sebuah rumah yang besar. Ketika Imam Ali as , sang Khalifah melihat rumahnya itu beliau berkata, Untuk apa rumah sebesar ini di dunia. Apakah kamu tidak lebih membutuhkan pertolongan dari rumah semacam ini di Hari Kemudian? Jika kamu hendak memperolehnya maka masuklah ia ke pusat keramahtamahanmu untuk kebajikan dan untuk mempertahan kan kebenaran, sehingga kelak di Hari Kemudian (Hari Pengadilan) engkau akan mendapatkan pertolongan dari hartamu ini” Ala lantas berkata:

“Wahai Amirul Mu’minin (pemimpin orang-orang beriman) bagaimana dengan saudaraku, Asim?”
Apa yang telah dilakukannya?”
Dia telah menolak kehidupan dunia dan hanya memakai pakaian dari bulu domba”
Panggil dia kemari!”

Ketika Asim datang, Imam Ali as berkata kepadanya:

Kamu adalah musuh bagi dirimu sendiri. Setan telah merasukimu. Mengapa engkau tidak memuliakan isteri dan anak-anakmu? Apakah engkau tidak suka memakai barang-barang yang telah diciptakan dan dihalalkan Allah bagimu? Perbuatanmu ini dipandang hina oleh Allah!” Asim berkata: “Wahai Amirul Mu’minin. Anda sendiri memakai pakaian yang sangat buruk dan memakan makanan yang sedikit” Imam yang dimuliakan Allah itu berkata: “Kasusku berbeda dengan kasusmu. Allah menyukai para pemimpin keadilan utuk menjaga kehidupannya dalam batas-batas kehidupan orang-orang miskin agar rakyat tidak salah mengerti terhadapnya”

Itulah sebabnya dalam Islam ditegaskan agar seorang penguasa atau pemimpin ummat Islam pertama-tama dia harus menjelaskan posisinya dan keluarganya dengan memperhatikan standar kehidupannya. Jika mereka berkeinginan memimpin orang-orang yang papa dan miskin, maka mereka harus tampil dengan keadilan atau tidak sama sekali!

Seorang penulis Kristen, George Jordac menulis di dalam bukunya “Voice of Justice”, katanya : “Jika Anda ingin menggerakkan air yang ada di dalam kolam kecil maka Anda dapat melakukannya cukup dengan menggerakkan tangan Anda, sehingga gelombang air akan bergerak saling bertabrakkan. Tetapi itu tidak dapat terjadi jika Anda lakukan di sebuah kolam renang. Kecuali jika Anda melemparkan sebuah batu besar ke dalam kolam renang tersebut! Akan tetapi hal itu berbeda jika air itu berupa danau yang besar, Anda tidak dapat membuat air menjadi bergelombang kecuali Anda melemparkan sebuah gunung ke dalamnya! Hal yang sama tidak dapat Anda lakukan pada sebuah lautan, kecuali jika Anda melemparkan sebuah planet ke dalam lautan tersebut! Tapi saya (George Jordac) mengetahui sebuah laut yang tidak dapat digerakkan sama sekali kecuali oleh satu hal! Yaitu jeritan orang yang dizalimi!

Lautan itu adalah Ali bin Abi Thalib! Seorang yang berbagai hasrat keinginan dan bermacam syahwat tidak mampu menggerakkannya! Akan tetapi jeritan seorang wanita Yahudi yang berada dibawah perlindungan Pemerintahan Islam telah menggerakkan dan mengguncangkannya” (George Jordac, Voice of Justice)


Quito Riantori
Utan Kayu, 18 Mei 2000.

Tidak ada komentar: